Selasa, 27 November 2012

Zubalah; Tempat Persinggahan Ketiga Belas Imam Husein as

Zubalah merupakan tempat persinggahan di jalur antara Mekah dan Kufah.(1) Zubalah berada antara Waqishah dan Tsalabiah. Di tempat ini ada dua danau kecil.(2) Rombongan Imam Husein as tiba di Zubalah pada hari Rabu, 23 Dzulhijjah dan meletakkan barang bawaannya. Di Zubalah, Imam Husein as diberi kabar tentang syahadah Abdullah bin Yaqthir, saudara sesusuannya. Setelah itu Imam Husein as di tengah-tengah rombongan membacakan sebuah tulisan: "Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi penyayang. Amma Ba'du. Berita menyedihkan tentang syahadah Muslim bin Aqil, Hani bin Urwah dan Abdullah bin Yaqthir telah sampai kepada kita. Perlu diketahui bahwa para pendukung kita akan menghinakan kita. Oleh karenanya, siapa di antara kalian punya keinginan untuk kembali, maka tidak akan ada yang menghalanginya dan tidak akan kewajiban baginya."(3) Setelah ucapan Imam Husein as itu, orang-orang mulai meninggalkan beliau. Yang tinggal bersama beliau adalah sejumlah orang yang bersama beliau sejak dari Madinah dan beberapa orang lain yang bergabung dengan beliau di tengah jalan. Mereka tetap komitmen untuk membela Imam Husein as.(4) Malam itu, Imam Husein as tinggal di Zubalah dan di pagi harinya Imam berkata kepada para sahabatnya agar minum air sesukanya dan mengambil air sebagai persiapan.(5) Dinwari mengatakan, tidak ada yang tinggal bersama Imam Husein as, kecuali orang-orang khusus.(6) Dalam buku Muruj al-Dzahab disebutkan, sebelumnya ada 500 orang yang memiliki tunggangan dan 100 orang pejalan kaki yang bersama dengan Imam Husein as. Tapi setelah mendengar berita ini, yang tertinggal bersama Imam Husein as hanya sedikit.(7) Perlu diketahui bahwa ini merupakan pertama kali Imam Husein as berbicara mengenai mereka yang ingin berpisah dari beliau dan satu-satunya tempat ketika Imam Husein as menyampaikan masalah ini dengan membaca tulisan. (IRIB Indonesia / Saleh Lapadi) Catatan: 1. Mu'jam al-buldan, 3/129. 2. Marashid al-Itthila', 2/656. 3. Al-Irsyad, Mufid, 2/75. 4. Bihar al-Anwar, 44/374. 5. Al-Irsyad, 2/76. 6. Al-Akhbar at-Thiwal, hal 347. 7. Muruj al-Dzahab, 3/256.

Tsalabiah; Tempat Persinggahan Kedua Belas Imam Husein as

Imam Husein as hari Selasa, 22 Dzulhijjah tiba di tempat bernama Tsalabiah. Tempat ini dinamai sesuai dengan nama seseorang bernama Tsalabiah dari kabilah Bani Asad. Di tempat ini ia menggali sumur dan setelah itu rombongan dari Kufah yang ingin menuju Mekah biasanya berhenti dan tinggal sebentar di dekat sumur itu. Dalam buku Marashid al-Itthila' disebutkan bahwa di daerah ini dulunya ada sebuah desa yang kemudian musnah, tapi dikenal oleh setiap yang melewatinya.(1) Di tempat ini juga seseorang menemui Imam Husein as dan menanyakan kepada beliau tafsir ayat "Yauma Nad'uu Kulla Unaasin Bi Imaamihim"... (Ingatlah) suatu hari (yang di hari itu) Kami panggil tiap umat dengan pemimpinnya ..."(2) Imam Husein as menjawab, "Ada suara memanggil imam yang membimbing orang lain dan mereka yang mengikutinya akan menjawab. Kemudian dipanggil imam yang menyesatkan orang lain dan mereka yang mengikutinya akan menjawab. Kelompok yang pertama akan dibawa ke surga dan kedua dibawa ke dalam api neraka. Itulah mengapa Allah Swt berfirman, "Fariqun Fi al-Jannah Wa Fariqun Fi as-Sa'ir"(3) ... Segolongan masuk surga, dan segolongan masuk Jahannam.(4) (IRIB Indonesia / Saleh Lapadi) Catatan: 1. Marashid al-Ittila', 2/664. 2. QS. Al-Isra: 71. 3. QS. As-Syura: 7. 4. Amali as-Shaduq, hal 93, Qamqam Zukkhar wa Shamsham Battar, 1/362, Al-Imam Husein wa Ashabuh, 1/166.

Zarud; Tempat Persinggahan Kesebelas Imam Husein as

Pada hari Senin, 21 Dzulhijjah Imam Husein as tiba di Zarud. Daerah berkerikil antara Tsa'labiah dan Khuzaimiah dan berada di jalur jamaah haji Kufah yang ingin pergi ke Mekah.(1) Di tempat ini Imam mendirikan tendanya berdekatan dengan tenda dan tempat keledai Zuhair bin Qain Bajali. Setelah itu Imam Husein as mengajaknya menuju jalan kebenaran. Zuhair bin Qain akhirnya mengkuti seruan Imam Husein as. Di Zarud ini Imam mendapat kabar mengenai kesyahidan Muslim bin Aqil dan Hani bin Urwah. Setelah mendengar berita itu, Imam Husein as membaca ayat ini "Innaa Lillaahi Wa Innaa Ilaihi Raaji'uun"(2) dan memohon ampun kepada Allah Swt untuk Muslim. Imam Husein as kemudian menangis tersedu-sedu dan Bani Hasyim serta perempuan yang ada di sana ikut menangisi kesyahidan Muslim bin Aqil. Dua orang dari sahabat Imam Husein as bernama Abdullah bin Sulaim Asadi dan Mundzir bin Masy'al Asadi bersumpah di hadapan Imam Husein as agar mereka tidak pergi ke Kufah. Alasan keduanya tidak ada penolong di sana. Sebaliknya, keluarga Aqil meminta kepada Imam Husein as agar mengizinkan mereka ke Kufah guna menuntut balas kematian saudaranya. Imam Husein as berkata, "Saudara-saudaraku, setelah ini kehidupan sudah tidak ada kebaikannya lagi." (IRIB Indonesia / Saleh Lapadi) Catatan: 1. Qamqam Zukkhar wa Shamsham Battar, 1/362. 2. QS. Al-Baqarah: 156.

Khuzaimiah; Tempat Persinggahan Kesepuluh Imam Husein as

Khuzaimiah merupakan tempat yang dinisbatkan kepada Khuzaimiah bin Khazim. Tempat ini merupakan jalur yang biasa dilewati oleh jamaah haji dari Kufah. Imam Husein as dan rombongan sempat tinggal di tempat ini selama satu hari dan satu malam. Dengan demikian, Imam Husein as di hari 19 Dzulhijjah tinggal di tempat ini. Menjelang slahat Subuh, Sayidah Zainab as menemui Imam Husein as dan berkata, "Wahai saudaraku! Saya mendengar suara gaib yang membacakan syairnya seperti ini: الا یا عین فاحتفلی بجهدی و من یبکی علی الشهداء بعدی علی قوم تسوقهم المنایا بمقدار الی انجاز وعدی Alaa Yaa Ainu Fahtafalii Bijuhdii Wa Man Yabkii Alas Syuhadai Ba'dii Ala Qaumi Tasuuquhum al-Munaya Bimiqdaarin Ilaa Injazzin wa Adi Ketahuilah wahai Mata! Engkau akan bergembira dengan usahaku Lalu siapakah yang akan menangisi syuhada sepeninggalku? Kepada kaum yang ingin merealisasikan harapannya Melakukannya sesuai dengan kemampuan dan bekal yang ada Imam Husein as menjawab, "Wahai saudariku! Apa yang telah ditetapkan oleh Allah Swt itulah yang akan terjadi." (IRIB Indonesia / Saleh Lapadi)

Ajfur; Tempat Persinggahan Kesembilan Imam Husein as

Hari Kamis tanggal 17 Dzulhijjah, rombongan Imam Husein as sampai di daerah bernama Ajfur untuk meletakkan barang bawaan mereka. Dalam buku Qamus disebutkan bahwa di sini sebuah tempat antara Faid dan Khuzaimiah.(1) Di tempat ini air mengalir ke tempat tinggal orang-orang Arab. Sekaitan dengan pertemuan Imam Husein as dengan Abdullah bin Muthi' ‘Adwa, para ahli sejarah berselisih pendapat. Dalam Lisan al-Muarrikhin disebutkan ada pertemuan di Ajfur antara Imam Husein as dan Abdullah bin Abi Muthi', tapi sebelum ini juga disebutkan bahwa pertemuan ini terjadi di pertengahan jalan antara Mekah dan Madinah atau lebih dekat ke Mekah. Thabari dan Muhaddits Qommi dalam Nafas al-Mahmum menyebut tempat pertemuan di Ajfur. Boleh jadi Abdullah bin Muthi' berbeda dengan Abdullah bin Abi Muthi'.(2) Dengan pertemuannya dengan Imam Husein as, Abdullah akhirnya tahu perjalanan Imam as ke Irak. Untuk itu ia bersumpah agar Imam Husein as mengurungkan niatnya pergi ke Irak. Ketika Imam Husein as belum menjawab permintaannya itu, ia kembali bersumpah agar beliau mengurungkan niatnya. Setelah itu ia menjelaskan mengapa ia bersikeras agar Imam tidak pergi. Ia mengatakan, "Bila engkau ingin menuntut apa yang sekarang berada di tangan Bani Umayah, Demi Allah, mereka akan membunuhmu. Bila hal itu terjadi, setelah engkau tidak ada lagi kehormatan yang tertinggal." Imam Husein as tidak mengikuti permintaannya dan tetap melanjutkan perjalanannya.(3) Dengan mencermati dialog yang terjadi antara Imam Husein as dan Abdullah bin Muthi' dapat dipahami bahwa tujuan Imam as lebih tinggi dan mulia dari apa yang disebutkan oleh Abdullah. (IRIB Indonesia / Saleh Lapadi) Catatan: 1. Al-Imam Husein wa Ashabuh, 1/163. 2. Al-Imam Husein wa Ashabuh, 1/163. 3. Al-Irsyad, 2/72, Tarikh al-Umam wa al-Muluk, 5/395, Nafas al-Mahmum, hal 178.

Faid; Tempat Persinggahan Kedelapan Imam Husein as

Hari Rabu tanggal 16 Dzulhijjah, Imam Husein as beserta rombongan tiba di tempat bernama Faid. Faid adalah sebuah kota yang berada di pertengahan jalan antara Mekah dan Kufah. Di tengah daerah ini adalah sebuah benteng yang terbuat dari besi. Benteng ini dikeliling dinding. Biasanya, bila ada rombongan yang membawa barang banyak dan berat ingin ke Mekah atau Kufah, mereka menitipkan barangnya ke benteng itu dan ketika kembali, mereka dapat mengambilnya kembali. Warga Faid kerjanya menyiapkan bekal berupa daging selama setahun yang dijual kepada mereka yang ingin melakukan ibadah haji.(1) (IRIB Indonesia / Saleh Lapadi) Catatan: 1. Marashid al-Ittila', 3/1049.

Hajir; Tempat Persinggahan Ketujuh Imam Husein as

Hari Selasa, tanggal 15 Dzulhijjah, Imam Husein as beserta rombongan tiba di tempat bernama Hajir. Tempat dimana orang-orang dari Basrah, Irak yang ingin pergi melaksanakan haji biasanya berhenti di sini. Di tempat ini pula Imam Husein as menjawab surat yang dikirim Muslim bin Aqil yang isinya ditujukan kepada warga Kufah. Surat ini dibawa oleh Qeis bin Mushir Shaidawi dan saudara sesusuannya Abdullah Yaqthir. Teks surat Imam Husein as sebagai berikut: Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah Lagi Maha Penyayang. Dari Husein bin Ali kepada saudara-saudara Muslim dan Mukmin. Keselamatan atas kalian. Saya menyampaikan kepada kalian segala puji kepada Allah yang tidak ada tuhan selain Dia. Amma Ba'du. Surat Muslim bin Aqil telah sampai ke tangan saya. Isi surat ini memberikan informasi kepada saya akan optimisme kalian dengan berkumpul bersamanya. Karena ia pondasi pendukung kami dan tempat untuk menerima kebenaran kami. Saya memohon kepada Allah Swt semoga memberikan kebaikan kepada kita dan pahala yang besar kepada kalian. Dari Mekah saya mulai bergerak menuju kalian sejak hari Selasa tanggal 8 Dzulhijjah, hari Tarwih... Ketika utusan saya sampai ke tempat kalian, maka hendaknya kalian bersegera mendekatinya dalam urusan pemerintahan. Seriusi urusan ini. Dalam beberapa hari lagi saya akan tiba di tempat kalian. Salam dan rahmat Allah untuk kalian.(1) Dua utusan Imam Husein as; Qeis dan Abdullah Yaqthir tertangkap di daerah Qadisiah oleh Hashin bin Namir.(2) (IRIB Indonesia / Saleh Lapadi) Catatan: 1. Al-Irsyad, 1/202, Bihar al-Anwar, 44/932. 2. Al-Irsyad, 2/70.

Dzatu Irqin; Tempat Persinggahan Keenam Imam Husein as

Satu tempat miqat, untuk memakai pakaian ihram, jamaah haji adalah daerah perbatasan antara Najd dan Tahamah. Daerah itu disebut Dzatu Irqin. Imam Husein as beserta rombongan tiba di Dzatu Irqin pada hari Senin, 14 Dzulhijjah.(1) Sekaitan dengan tibanya Imam Husein as di tempat ini, Allamah Majlisi menukil dari buku Tarikh ar-Rayyasyi: "Perawi mengatakan, ‘Saya melaksanakan ibadah haji dan memisahkan diri dari rombongan... Sehingga saya tiba di tempat dengan sejumlah kemah yang berdiri di sana. Ketika itu saya bertanya, ‘Mana pemimpin dari kemah-kemah yang ada ini?' Mereka menunjukkan kemah yang saya maksud. Saya berjalan ke depan. Tiba-tiba saya melihat Imam Husein as sedang bersandar pada kemah dan tampak sibuk membaca tulisan. Saya kemudian mengucapkan salam kepadanya. Setelah itu saya berkata, ‘Ayah dan ibuku sebagai tebusanmu! Mengapa engkau berhenti di padang pasir yang gersang ini?' Beliau menjawab, ‘Mereka menakut-nakuti aku, sementara yang kau lihat ini adalah surat-surat yang dikirimkan penduduk Kufah kepadaku. Padahal saya tahu bahwa mereka adalah pembunuhku nanti. Bila mereka melakukan hal ini ... dan menghina kesucian ilahi, maka akan bangkit seseorang dari mereka dan membunuh mereka, sehingga mereka terlihat lebih hina dari kain yang terkena darah haid."(2) (IRIB Indonesia / Saleh Lapadi) Catatan: 1. Mu'jam al-Buldan, 4/107, Marashid al-Ittila', 2/932. 2. Bihar al-Anwar, 44/369.

Wadi Shafra; Tempat Persinggahan Kelima Imam Husein as

Imam Husein as hari Ahad, tanggal 13 Dzulhijjah tiba di tempat bernama Wadi Shafra atau lembah Shafra. Lembah ini berada ke arah Madinah dan rindang dengan pepohonan kurma dan tempat pertanian. Tempat ini merupakan jalur jamaan haji, dimana sumber air mengalir di sana.(1) Di tempat ini, Mujamma bin Ziyad dan Abbad bin Muhajir(2) bersama sejumlah warga Madinah(3) bergabung dengan Imam Husein as. Mereka bersama Imam Husein as dan rombonga berangkat hingga ke Karbala dan setelah berperang dengan gagah, mereka gugur syahid.(4) (IRIB Indonesia / Saleh Lapadi) Catatan: 1. Al-Imam Husein wa Ashabuh, 1/159. 2. Abbad bin Muhajir bin Abi Muhajid Jahni dan Mujamma keduanya berasal dari satu kabilah. 3. Abshar al-Ain, hal 201. 4. Al-Imam Husein wa Ashabuh, 1/159)

Minggu, 25 November 2012

Wadi Aqiq; Tempat Persinggahan Keempat Imam Husein as

Tanggal 12 Dzulhijjah yang bertepatan dengan hari Ahad, Imam Husein as bersama rombongan tiba di tempat bernama Wadi Aqiq. Syeikh Jakfar bin Nama al-Hilli mengatakan, "Setelah bergegas dari Shiffah, Imam Husein as melanjutkan perjalanannya ke Wadi Aqiq."(1) Di tempat ini adalah sumber mata air dan pohoh kurma. Jarak dari Wadi Aqiq ke Mekah hanya tidak lebih dari empat tempat persinggahan.(2) Ibnu Nama mengatakan: "Di tempat ini Imam Husein as bertemu dengan seorang dari Bani Asad. Ia menyebut namanya Bisyr bin Ghalib. Imam Husein as kemudian bertanya kepadanya tentang warga Kufa. Ia menjawab, "Hati mereka bersamamu, sementara pedang mereka bersama Bani Umayah." Imam Husein as berkata, "Anda benar wahai saudara Bani Asad."(3) (IRIB Indonesia / Saleh Lapadi)

Shiffah; Tempat Persinggahan Ketiga Imam Husein as

Shiffah merupakan tempat yang terletak antara Hunain dan Anshab, dimana para peziarah dengan mudah memasuki kota Mekah. Imam Husein as tiba di tempat ini pada hari Jumat tanggal 11 Dzulhijjah dan berhenti sebentar di sana bersama rombongan.(1) Di tempat ini pula Imam Husein as bertemu dengan Farazdaq bin Ghalib.(2) Imam Husein as kemudian bertanya kepadanya tentang warga Kufah. Farazdaq menjawab, "Hati mereka bersamamu, tapi pedang mereka bersama Bani Umayah. Sementara takdir di tangan Allah Swt." Imam membenarkan ucapan Farazdaq dan menyatakan hanya akan berserah diri pada takdir ilahi.(3) Imam Husein as mengucapkan selama tinggal kepada Farazdaq dan kemudian berpisah dengannya. Menurut Syeikh Mufid, setelah dari tempat ini Imam Husein as dengan bersegera menuju tempat bernama Dzatu ‘Irqin.(4) (IRIB Indonesia / Saleh Lapadi) Catatan: 1. Al-Imam Husein Wa Ashaguh, 1/154. 2. Mu'jam al-Buldan, 3/412. 3. Tarikh al-Umam Wa al-Muluk, 5/386 dan al-Irsyad, 2/67. 4. al-Irsyad, 2/67.

Tanim; Tempat Persinggahan Kedua Imam Husein as

Imam Husein as keluar dari kota Mekah bersama keluarga dan sebagian sahabat hingga sampai ke tempat berhama Adna al-Hill. Jarak dua farsakh dari kota Mekah terdapat daerah bernama Tanim yang mengarah ke kota Madinah. Tempat ini disebut Tanim, karena di sisi kanannya terdapat kawasan bukit bernama Na'iim dan di sisi kirinya bukit bernama Naa'im. Tempat ini terletak di lembah Na'iiman. Di Tanim, Imam Husein as menyewa sejumlah onta untuk keluarga dan sahabatnya. Onta-onta itu disewa dari rombongan warga Yaman. Kepada rombongan Yaman, Imam Husein as berkata, "Siapa yang ingin mengikuti kami ke Irak, maka uang sewanya selama diperjalanan akan kami berikan dan kami menyambut dengan baik kesediaannya. Sementara siapa saja yang siap bersama kami di pertengahan jalan, maka uang sewa ontanya akan kami berikan sesuai dengan perjalanan yang dilakukan." Setelah mendengar ucapan Imam Husein as, sebagian dari rombongan Yaman mengikuti rombongan Imam Husein as dan sebagian lainnya berpisah. (1) Di tempat ini juga tiba surat dari Abdullah bin Jakfar yang dibawa oleh dua anaknya; ‘Aun dan Muhammad. Begitu juga surat dari Amr bin Said bin al-Ash yang dibawa oleh Yahya bin Said, Gubernur Mekah. Imam Husein as menjawab kedua surat itu. (2) (IRIB Indonesia / Saleh Lapadi) Catatan: 1. al-Irsyad, 2/68) 2. Al-Imam Husein wa Ashabuh, 1/152 dan Tarikh al-Umam wa al-Muluk, 5/ 385)

Abtah; Tempat Persinggahan Pertama Imam Husein as

Abtah nama daerah berpasir sebagai tempat lewatnya banjir dari lembah Mekah. Yazid bin Tsabit al-Bashri memiliki 10 anak laki-laki dan mengajak mereka untuk menolong Imam Husein as. Dari kesepuluh anaknya, dua orang bernama Abdullah dan Ubaidullah, bersama sejumlah pengikut dan pecinta Ahli Bait keluar dari kota Basrah dan bergabung dengan Imam Husein as di daerah Abtah. Beberapa orang lain yang ikut bergabung dengan Imam Husein as di Abtah antara lain; Amir bin Muslim, Salim, budak Amir dan Saif serta beberapa orang lainnya. Mereka masih sempat bergabung dengan Imam Husein as, padahal semua jalan dan jalur yang mengarah ke Imam Husein as di Basrah telah dikontrol. (IRIB Indonesia / Saleh Lapadi)